Friday, August 27, 2010

Dasar-dasar Kamera DSLR

Dalam dunia fotografi dikenal istilah segitiga fotografi, yaitu Shutter Speed, Diafragma/Aperture, dan ISO/ASA/DIN. Jika kita sudah menguasai pengaturan dari ketiga hal ini maka foto jenis apapun dan secanggih apapun dapat kita buat dengan mudah. Selain itu juga kita akan mempelajari tentang kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR : Bulb, Slow Speed, dan Fast Speed.

Mari kita bahas satu persatu.



Suhtter Speed adalah kecepatan pembukaan shutter/rana. Atau dengan kata lain, lamanya waktu yang dibutuhkan oleh kamera untuk merekam gambar sesuai dengan pengaturan yang ditetapkan. Pada kamera, shutter speed disimbolkan dengan angka: 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000 dst…dst… Intinya, kecepatan shutter bisa diatur mulai dari beberapa detik hingga seper-sekian detik. Kamera yang bagus biasanya ada fasilitas ’B’ yang artinya, saat tombol pelepas rana (tombol jepret) ditekan maka shutter/rana akan membuka, lalu kemudian menutup bilamana tombol dilepas. Selama tombol ditekan maka selama itu pula shutter/rana akan membuka, dan selama itu pula kamera merekam gambar melalui film/sensor.

Untuk mempermudah dalam menjelaskan hal ini, ijinkan saya membuat perumpamaan sbb. Seumpama mata Anda adalah kamera. Coba pejamkan mata Anda, lalu kemudian buka kembali mata Anda selama satu detik dan lihat ke objek tertentu. Selama satu detik dimana Anda dapat melihat objek itulah yang diibaratkan lamanya waktu kamera merekam gambar. Sementara kelopak mata Anda itu fungsinya sama dengan shutter, yaitu menutup dan membuka. Selama shutter membuka, maka selama itu pula kamera akan merekam gambar/objek. Kecepatan berapa lama waktu yang dibutuhkan inilah yang harus diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan.

Sampai di sini jangan ada yang tanya dulu ya, nanti bisa panjang ceritanya. Soalnya kalo dijelaskan secara detail ga cukup waktu satu atau dua jam. OK? Lanjut?

Diafragma, atau ada juga yang menyebutnya aperture, adalah lubang yang terletak di belakang lensa, berfungsi untuk mengatur intensitas/volume cahaya yang dapat masuk ke dalam kamera menuju film/sensor untuk selanjutnya diolah menjadi gambar/data/memory. Besar kecilnya lubang diafragma ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Bagi yang masih punya mata, diafragma alias aperture ini fungsinya sama persis seperti pupil mata kita, ya’ni mengatur intensitas cahaya yang masuk ke retina.

Adapun simbol untuk diafragma adalah ’f’. Besarnya lubang/bukaan diafragma ditentukan oleh angka-angka, mulai dari f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22. Sodara-sodara, tolong dicatat ya. Ini penting. Bahwa prinsip kerja (pengaturan) diafragma itu terbalik lho!? Semakin kecil angka diafragma berarti semakin besar lubang diafragmanya. Sebaliknya, semakin besar angka yg ditunjukkan maka lubang diafragma justeru semakin kecil.

Contoh. f/2.8 memiliki bukaan besar, sehingga intensitas/volume cahaya yang akan masuk ke dalam kamera semakin banyak pula. Sementara f/22 memiliki bukaan kecil, otomatis cahaya yang masuk ke dalam kamera juga semakin sedikit.

Jelasss....? Pokoknya Anda harus jelas, dan belum waktunya untuk bertanya....Ok..?Lanjut?


ISO/ASA/DIN (ISO=istilah internasional, ASA=istilah jepang, DIN=istilah eropa). Jangan tanya ISO kepanjangannya apa, karena saya sendiri juga sudah lupa. Dan itu ga penting. Yang penting kita kudu ngerti maksud dan tujuan ISO itu apa! Kalo di Indonesia sih orang lebih sering menyebutnya ASA.
ASA merupakan sensitifitas atau kepekaan film/sensor dalam menyerap cahaya. Cahaya yang mana? Ya cahaya matahari atau flash/blitz yang dipantulkan oleh objek ke dalam kamera! Masak cahaya yang lain?
ASA biasanya disimbolkan dalam bentuk angka. Contoh, ASA 200, ASA 100, ASA 75,  ASA 25. Kelompok ASA 200 ke bawah termasuk kategori ASA rendah, dengan kata lain kepekaan terhadap cahaya lebih rendah. Karena itu sangat cocok digunakan pada pemotretan di siang hari dimana cahaya yang tersedia melimpah ruah.
Sedangkan ASA 400, ASA 800, ASA 1000, ASA 1200, ASA 1600 dst…(kalo masih ada), merupakan ASA kategori tinggi, yang artinya memiliki kepekaan tinggi terhadap cahaya. Penggunaan ASA tinggi sangat cocok pada pemotretan di malam hari di mana persediaan cahaya sangat minim.

Nah, itu tadi penjelasan dari istilah Segitiga Fotografi, lanjut ke penjelasan berikutnya, tetapi jangan bertanya dulu, kalau Anda belum jelas silakan di bacah lagi dari atas. Lanjut berikutnya...?

Shutter Speed, merupakan kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai. Kecepatan ini yang nantinya akan menentukan seberapa banyak sinar yang ditangkap. Berikut kecepatan Shutter speed yang terdapat pada sebuah kamera DSLR.

Bulb – artinya kecepatan terbuka dan tertutupnya tirai di tentukan sendiri oleh klik telunjuk kita pada shutter release. Sehingga bulb ini dapat menjadi alternative ketika kita tidak menemukan shutter speed yang disediakan oleh DSLR. Namun menggunakan bulb terkadang membutuhkan naluri yang kuat.

Slow Speed, adalah kategori kecepatan rendah dalam Shutter speed. Angkanya adalah mulai dari lebih dari 2 detik hingga seper tiga puluh detik (1/30s). Slow Speed biasanya digunakan pada saat kondisi objek, foreground maupun background minim cahaya. Namun ada resiko yang harus dibayar ketika menggunakan slow speed, penggunaan objek slow speed sebaiknya tidak pada objek bergerak dan untuk hasil maksimal, wajib menggunakan tripod / penopang sehingga gambar tidak shake / goyang. Namun beberapa fotografer justru memanfaat slow speed untuk menghasilkan sebuah foto yang bernilai seni tinggi, semisal digunakan untuk teknik panning pada sebuah kendaraan ataupun digunakan untuk membidik aliran sungai sehingga menghasilkan aliran sungai yang lembut bagaikan salju. Atau juga digunakan untuk menghasilkan sebuah laser / trail light dimalam hari. Ini salah satu gambr ketika saya menggunakan teknik slow speed di malam hari.
 
Contoh foto Slow Speed

Fast Speed, merupakan kategori kecepatan tinggi dalam Shutter Speed. Angkanya dimulai dari seper empat puluh detik (1/40s) hingga lebih dari seper seribu detik (1/1000s). Fast Speed biasanya digunakan untuk objek dengan kondisi penuh cahaya dan berkecepatan tinggi, sehingga tidak diperlukan sesuatu untuk menopang kamera. Fast Speed sangat cocok digukanan untuk membekukan sesuatu, seperti lebah yang sedang terbang kesana kemari, seorang pembalap motor dengan kecepatan tinggi bahkan, ada kamera yang khusus diciptakan untuk menerapkan Fast Speed sehingga dapat membekukan sebuah peluru yang sedang melesat.
Demikian pembahasan pertama tentang shutter speed sebagai langkah awal untuk dapat menguasai Kamera DSLR. Selamat mencoba.

1 comments:

armored.pen said...

kalo bisa ditambah lagi tutor fotografinya..
ntar kalo kehabisan materi,coba ae minta ke mas tory jetzz...
^^

Post a Comment